Senin, 20 Juni 2011

Mahasiswa Kehilangan Arah Perjuangan?

Oleh ANDRI  AFFANDI
Presiden BEM STKIP-PGRI Lubuklinggau

Mahasiswa senantiasa menjadi motor penggerak perubahan. Keinginan yang kuat dalam menyongsong masa depan dan keterbukaannya melihat  beragam sisi kehidupan, mendorong mahasiswa bangkit dari tiap keter-purukan. Kecekatan bekerja dan kekritisan berfikir yang disertai rasa tanggung jawab, menjadi penyejuk bagi zaman yang kian “edan”.
Tak berlebihan jika istilah “pemuda adalah tulang punggung bangsa” selalu jadi pedoman. Dengan kombinasi luar biasa yang dimi-likinya, mahasiswa mampu tampil di depan memegang kendali sebuah peradaban.
Menilik sejarah Indonesia awal kemerdekaan, menjadi bukti nyata peran sentral pergerakan mahasiswa. Sebut saja zaman proklamasi kemerdekaan. Atas inisiatif kuat mahasiswalah akhirnya proklamasi itu berhasil dikumandangkan dan menjadi momentum baru arah perjuangan bangsa Indonesia. Begitu pula dengan reformasi 9 tahun silam. Andil mahasiswa begitu besar dalam mencetuskan angin perubahan dan kemudian menenggelamkan rezim totaliter .
Namun kini ironi seringkali kita jumpai. Tak jarang mahasiswa seakan lupa akan tanggungjawabnya sebagai tumpuan harapan. Sebagian maha-siswa memandang remeh pentingnya pergerakan. Belajar menjadi-jadi satu-satunya pilihan.Padahal keada-an negeri ini yang menegenaskan menuntut peran mahasiswa.
Pengetahuan memang akan memberi kemanfaatan bagi banyak orang. Tapi kadang-kadang ke-nyataan yang terjadi tak seideal yang diinginkan. Seringkali aktivis mahasiswa yang menjadi penggerak perubahan justru puas berlabuh di perusahaan multinasional. Belajar hanya bercita-cita untuk menjadi seorang professional agar gampang mendapat pekerjaan. Mereka yang diharapkan mam-pu menjadi pelo-por penggerak ke-majuan baik bidang ekonomi, politik, sosial budaya maupun tek-nologi hanya bisa memi-kirkan diri-nya sendiri. Sebuah para-digma yang sangat keliru ketika ada yang menga-takan bahwa perma-salahan bangsa ini adalah tang-gungjawab pemerintah atau orang-orang yang duduk di lembaga saja. Memang benar kebijakan publik ada di tangan mereka. Namun proses lahir-nya kebijakan itu menuntut peran aktif mahasiswa. Demikian pula halnya dalam proses pe-laksanaan ke-bijakan itu nanti, mahasiswa harus memiliki sikap kritis menjadi pengontrol agar kebijakan yang dilaksanakan seiring dengan haluan yang ditetapkan.
Bagaimana dengan sebagian mahasiswa yang lain? Pergerakan memang akan tetap dan selalu ada. Namun tampaknya dalam kubu ini pun perpecahan tetap belum bisa terelakkan. Fanatisme kepentingan kelompok pergerakan sering-kali menjadi prioritas dan ken-dali utama arah pergerakan mahasiswa. Ke-pentingan-kepen-tingan kelompok ini akhirnya menjadi sekat yang menga-burkan arti pentingnya sebuah kesatuan. Tak jarang kita dapati antar organisasi per-gerakan yang saling bersaing dan mele-cehkan dalam upaya meninggikan nama serta memperebut-kan kader-kader militannya. Inde-pendensi perge-rakan seolah menjadi hal yang langka. Padahal hal itu merupakan nyawa dari perge-rakan mahasiswa itu sendiri.
Namun demikian, mereka yang senantiasa berada dalam jalur netral serta terus memikirkan rakyat, berjuang menjalin persatuan, menegakkan keadilan, serta tetap menjadi garda terdepan ini tak bisa begitu saja diabaikan. Akan selalu ada mereka yang meneriakkan dan menjalin persatuan.
Kini bukanlah saatnya lagi mahasiswa mementingkan dan memikirkan dirinya sendiri. Zaman menghadapkan kita pada beragam persoalan yang kian kompleks. Bangsa ini tak membutuhkan manusia yang bermental pekerja. Bangsa ini tak memerlukan manusia-manusia robot yang hanya tunduk perintah sang bos tanpa memiliki kreativitas mengem-bangkan diri dalam membangun masyarakatnya. Bangsa ini mem-butuhkan pemikir dan pemimpin yang peduli dan memiliki integritas. Sudah seharusnya mahasiswa memiliki pemahaman persoalan bangsa dan memiliki kadar intelektual yang bisa diandalkan. Saatnya mahasiswa maju, singsingkan lengan baju. Hilangkan fanatisme kepentingan kelompok maupun individu. Mahasiswa mesti mengedepankan persatuan demi sebuah perubahan. Kalau bukan kepada mahasiswa, kepada  siapa lagi rakyat berharap?

BEM STKIP-PGRI Lubuklinggau 2011-2012: Pelantikan BEM STKIP-Pgri Lubuklinggau

BEM STKIP-PGRI Lubuklinggau 2011-2012: Pelantikan BEM STKIP-Pgri Lubuklinggau

Minggu, 19 Juni 2011

BEM STKIP-PGRI Lubuklinggau 2011-2012: STRUKTURAL BEM STKIP_PGRI Lubuklinggau

BEM STKIP-PGRI Lubuklinggau 2011-2012: STRUKTURAL BEM STKIP_PGRI Lubuklinggau

PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN BEM STKIP-PGRI LLG PERIODE 2011-2012

Pelantikan BEM STKIP-Pgri Lubuklinggau



Add caption
Add caption



Add caption





















Pelantikan Bem STKIP-PGRI Lubuklinggau Periode 2011-2012 dilaksanakan pada

Sabtu,12 Februari 2011

tempat : Aula Stkip-pgri llg
dalam pelantikan tersebut dihadiri PResma Bem STKIP-PGRI LLg periode 2008/2009,bung Aren Prima Presma Bem Stkip Pgri LLg Periode 2009/2010 Bung Iswandi,Presma Bem STIE Mura Bung Febri PY
dalam sambutany presma terpilih Andri affandi mengatakan butuhnya suatu senergi di lintas organisasi intra kamous yang menglami beberapa kevakuman dan presma terpilih andri affandi mengatakan dalam 60 hari kedepan harus ada program kerja yang menyentuh bagi mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau,dgn tertib admitrasi,tertib organisasi merupakan pondasi membentuk organisasi yang kokoh dan tetap menjalankan Tri Darma perguruan Tinggi,dan mengamalkan pancasila sebagai Ideologi bangsa